Daftar Laman

Sunday, April 23, 2017

"Axioo Gadget Indonesia Keren Gak Bikin Kere"

          Assalamulaikum Wr. Wb.
          Halo guys, apa kabar.? tentunya amat baik kan hhe, kembali lagi bersama admin di blog alfianarsitek.blogspot.co.id, kali ini mimin mau nyampain gadget Axioo yang gak kalah keren dari gadget-gadget lainnya guys. Ya tentunya produk-produk Axioo di Indonesia sudah tidak asing lagi di mata masyarakat, karena yang punya barang gadget "macam Axioo tuu bukan hanya kalangan atas jee tapi juge kalangan menengah bawehh'', hhe mimin pakai bahasa Malaysia dikit ya guys...
          Oke guys mimin gak pengen banyak basa-basinya langsung saja kita riview produk laptop Axioo seri PICO CMJ, berbicara masalah kinerjanya sudah tidak diragukan lagi. Mengapa admin bilang begitu pada produk yang satu ini?. Karena admin juga punya Netbook seri PICO Pad tahun 2012, dan sampai saat ini sudah lima tahun admin menggunakan masih berfungsi dengan baik. Hal itu membuktikan bahwa produk laptop maupun Netbook seri PICO ketangguhan peformanya sudah tidak diragukan lagi.
          Sekarang kita kembali ke produk laptop Axioo PICO CMJ, dengan processor Intel Atom N2800 dengan kecepatan 1.8 GHz dan RAM sebesar 2GB, membuat kinerja untuk multitasking bisa dilakukan dengan amat baik oleh produk yang satu ini. Selain itu juga HardDrive Axioo PICO CMJ mempunyai kapasitas 500GB sangat baik untuk menyimpan puluhan film berkaliber Hollywood di Gadget yang satu ini. Ditinjau dari segi dimensi ukuran dan berat Axioo PICO CMJ sudah sangat memenuhi standar laptop-laptop dipasaran saat ini dengan ukuran layar 10.1 inch dan resolusi 1024 x 600 dengan kerapatan Pixels mencapai 480 pixels yang membuat layarnya begitu jernih untuk dipandang. Dilihat dari kekuatan baterai bisa bertahan hingga 4 jam full multitasking.
          Bentuk dimensi barang mempunyai ukuran (LxWxH) 265x27x187 lumayan ramping buat laptop sekelasnya dan nyaman dipegang, berat dari laptop ini sebesar 1.4 kg yang membuatnya kokoh saat dibawa kemanapun dan cukup memenuhi standar dikelasnya.
          Selain itu laptop Axioo PICO CMJ mempunyai beberapa fitur yang bisa dikatakan gak membuat gampang bosan, beberapa fiturnya yaitu, terdapat WebCam, Lan, Bluetooth, Wi-Fi, USB 2.0, Port Lan Gigabit dan Port I/0 dan lainnya.  
          Berikut ini list daftar spesifikasi lengkap beserta gambar.


Spesifikasi Axioo Pico Cjm
  • Tipe Processor Intel Atom N2800
  • Processor Cores 1   
  • Kecepatan CPU 1.8 GHz
  • Memori RAM 2 GB
  • Kecepatan Memori 1333 MHz
  • Hard Drive 500 GB (5400rpm)
  • Graphics Processor Intel Integrated Graphics
  • RAM Kartu Grafis    64
  • Ukuran Layar 10.1 inch   
  • Resolusi 1024 x 600
  • Resolusi Layar 480 pixels
  • Tipe wireless IEEE802.11b/g/n
  • Lainnya
    • Webcam
    • Lan, Bluetooth, WiFi
    • USB 2.0
    • Port Lan Gigabit dan Port I/0 lainnya
  • Ketahanan Baterai 4 jam
  • Berat 1.4 kg
  • Dimensi Barang (LxWxH) 265x27x187
  • Baterai 1 Lithium ion batteries required. (included)
  • Sistem Operasi DOS

          Untuk harga sendiri Axioo PICO CMJ bisa dikatakan cukup kompetitif disegmen pasaran kelas menengah bawah, dengan harga barang yang baru berkisar Rp. 2.400.000,- IDR per unit bisa dikatakan gadget yang satu ini adalah "gadget laptop sejuta umat". Dan laptop ini sangat direkomendasikan oleh mimin buat kalangan Siswa dan Mahasiswa yang mau beli laptop.
        Nah, bagaimana guys postingan mimin semoga membantu bagi yang menginginkan gadget laptop yang peforma cukup tangguh harga terjangkau. Sekian dari postingan mimin
          Wassalam.

          
  















































Monday, April 10, 2017

Ekosistem Persawahan Rawa Lebak

          Lahan rawa lebak sebagian besar dimanfaatkan untuk pengembangan budi daya padi yang dapat dipilah dalam pola (1) padi sawah timur (sawah rintak) dan (2) padi sawah barat (sawah surung). Sawah rintak pada musim hujan tergenang sehingga hanya ditanami pada musim kemarau. Apabila dimanfaatkan untuk tanam padi musim kemarau. Apabila dimanfaatkan untuk tanam padi surung (sawah surung = sawah yang ditanami musim hujan) maka persiapan dimulai selagi masih musim kering (macak-macak), yaitu sekitar bulan Spetember-Oktober dan panen pada bulan Januari-Februari pada saat air genangan cukup tinggi (1,0 - 1,5 m). Jenis padi rintak pada dasarnya adalah padi sawah pada umumnya dipersiapkan pada bulan April, tergantung keadaan genangan. Jenis padi surung adalah padi sawah air dalam, yang mempunyai ciri dan sifat khas, yaitu lebih tinggi dan dapat memanjang mengikuti kenaikan genangan.
          Lahan rawa lebak dangkal dapat ditanami dua kali setahun dengan pola tanam padi surung (umur 180 hari) tanam pertama dan padi rintak (padi unggul : berumur 110-115 hari) untuk tanam kedua. Tanam pertama dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember dan panen pada bulan April, sedangkan tanam kedua antara bulan Mei-Juni dan panen pada akhir kemarau Agustus-Oktober (Noor, 1996; Ar-riza, 2005).
          Ekosistem sawah berkaitan erat dengan perkembangan gulma yang bersifat merugikan bagi tanaman pokok, tetapi juga dapat menguntungkan dari segi ekologi. Pertumbuhan gulma yang bersifat merugikan bagi tanaman pokok, tetapi juga dapat menguntungkan dari segi ekologi. Pertumbuhan gulma di lahan rawa lebak cukup subur dan tumbuh sangat cepat sehingga memerlukan waktu tenaga yang cukup besar untuk pengendaliannya. Pada lahan rawa dengan jenis tanah sulfat masam yang disawahkan teridentifikasi sekitar 19 jenis gulma utama, sedangkan pada tanah gambut yang  disawahkan teridenfentifikasi sebanyak 17 jenis gulma utama. Gulma atau vegetasi yang merajai pada ekosistem sawah tanah sulfat masam antara lain Eleocharis acutangula (jenis purun), E. refrolaxa (jenis purun), dan Cyperus sphacelatus (campahiring), sedangkan pada sawah tanah gambut antara lain didapati Eleocharis acutangula (jenis purun),  Panicum repens (sempilang), Leercea hexandra (banta/kalamenta), Paspulum commersanii (kumpai mining) dan Cyperus sphacelatus (campahiring). Hasil produksi biomasa dari gulma ini berkisar 1,85-2,76 ton bahan kering per hektar (Balittra, 2001). Jenis gulma bangsa rumput yang tumbuh pada sawah lebak ini terdapat tidak kurang dari 45 species. (LP UNLAM, 2003).
          Dalam penyiapan lahan, gulma-gulma di atas ditebas dan dibenamkan sampai membusuk, kemudian disebarkan dipermukaan lahan. Persiapan lahan ini dalam istilah petani disebut dengan tajak-puntal-hampar, sementara disiapkan persemaian yang secara tradisonal disebut dengan taradak kemudian ampak.
          Beberapa jenis gulma lahan rawa lebak mempunyai arti penting sebagai sumber bahan organik dan hara antara lain Paspalidium punctatum (kumpai babulu) yang tumbuh lebat pada kondisi tergenang dengan kadar C-organik = 49,50%. N = 0,68%, P = 0,11%, dan K = 0,99%; Salvinia molesta (kiambang) mengandung C-organik = 41,79%, N = 2,58%, P = 0,28%, dan K = 0,80%; Rhynchospora corymbosa (kerisan) C-organik = 31,74%, N = 1,96%, P = 0,68%, dan K = 0,64% (Balittra, 2001). Produksi biomassa yang tinggi dari lahan rawa lebak ini oleh petani setempat dimanfaatkan sebagai mulsa dan bahan kompos yang pengelolaannya masih secara alami, khususnya untuk budi daya tanaman sayur dan umbi-umbian.











Wednesday, April 5, 2017

Pengertian Rawa Lebak

          Kata Lebak diambil dari kosakata bahasa Jawa yang diartikan sebagai 'lembah atau tanah rendah' (Poerwadarminto, 1976). Rawa lebak adalah wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir sepanjang tahun minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Rawa lebak yang dimanfaatkan atau dibudidayakan untuk pengembangan pertanian, termasuk perikanan dan peternakan diistilahkan dengan sebutan lahan rawa lahan rawa lebak. Rawa lebak yang sepanjang tahun tergenang atau dibiarkan alamiah disebut rawa monoton. Karena kedudukannya yang menjorok masuk jauh dari muara laut/sungai besar, rawa lebak sering disebut juga dengan rawa pedalaman.
          Beragam istilah digunakan untuk sebutan rawa lebak ini, misalnya di Jambi, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan disebut rawang atau lebung; di Riau dan sekitarnya disebut payo atau lumo; di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan baruh atau watun; di Kalimantan Timur disebut rapak atau kelan. Lebak yang mempunyai potensi tinggi sumber daya perikanan karena habitat lingkungannya yang masih terpelihara dengan baik disebut juga lubuk, sedangkan lahan rawa lebak yang ditumbuhi kumpai yang juga dikenal sebagai tempat pemijahan dan perkembangbiakan bagi berbagai ikan rawa (Prasetyo, 1994).
          MacKinnon et al (2000) menyebut rawa lebak sebagai danau-danau dataran banjir yang mempunyai dasar lebih luas dari sungai umumnya dan selalu mendapatkan luapan air (banjir) dari sungai-sungai besar sekitarnya seperti sungai Barito (Kalimantan Selatan), Kahayan (Kalimantan Barat), Kapuas (Kalimantan Tengah), Mahakam (Kalimantan Timur), Musi (Sumatera Selatan), Batanghari (Jambi), Mamberamo dan Tigul (Papua). Selain karena luapan sungai, genangan dapat juga bersumber dari curah hujan setempat atau juga banjir kiriman. Genangan di lahan rawa lebak ini kadang-kadang bersifat ladung (stagnant) dan kalaupun mengalir, sangat lambat.
          Lahan rawa lebak pada musim hujan tergenang karena membentuk cekungan (depression) dan pengatusan (drainage) jelek sehingga ditutupi tumbuhan air (marsh). Namun, pada musim kemarau kembali kering. Pada musim kemarau lahan ini banyak ditanami berbagai macam seperti tomat, cabai, sawi, selada, kacang panjang, jagung, dan lainnya lahan semacam ini di pulau Jawa sering disebut Bonorowo. Hanya saja yang disebut bonorowo di Jawa mempunyai lingkungan fisik dan ekologi yang berbeda dengan yang dimaksud dengan rawa lebak yang ada di Kalimantan, Sumatera, dan Papua.
          Di dataran tinggi, lahan rawa lebak terletak antara dua bukit. Kondisi lahan selalu basah dan tumpat air (Waterlogged) dengan laju penimbunan bahan oeganik lebih besar daripada perombakannya. Oleh karena itu, terjadi akumulasi bahan organik (gambut) yang cukup tebal seperti didapati pada rawa lebak yang terletak di wilayah pegunungan kerinci (Jambi), pegunungan Dieng (Jawa Tengah), dan lainnya. Beberapa wilayah rawa lebak mengalami pengatusan permanen (setelah direklamasi) seperti di wilayah Sungai Aur, Kabupaten Pesaman Barat (Sumatera Barat) ; wilayah Lolo/Lempur, Kabupaten Kerinci (Jambi) ; wilayah rawa Mesuji atau rawa Jitu, Kabupaten Tulangbawang (Lampung Utara), dan rawa Sragi di Lampung Timur sehingga menyerupai lahan tadah hujan (rainfed lowland). Lahan-lahan seperti ini boleh dikatakan sebagai rawa lebak yang kehilangan identitasnya. Lahan semacam ini semestinya tidak lagi dikategorikan sebagai lahan rawa lebak, lebih tepat disebut tadah hujan walaupun mempunyai lapisan bahan organik yang tinggi (gambut) dan profil tanah mencirikan tanah rawa umumnya.








          Rawa lebak dibedakan dengan rawa pasang surut karena mempunyai bentuk fisiografi (landform), penyebaran, dan sifat serta watak yang berbeda. Lahan rawa pasang surut umumnya mempunyai topografi datar dan pengaruh luapan pasang surut air laut lebih kuat atau sama kuat dengan luapan air sungai. Luapan terhadap wilayahnya pada lahan rawa pasang surut sangat jelas dan kuat dengan periode pasang tunggal (spring tide) dan pasang ganda (nead tide) yang bersifat tetap menurut peredaran bulan. Sebalinya, lahan rawa lebak mempunyai topografi berupa cekungan dan merupakan dataran banjir dengan masa genangan lebih panjang. Pengaruh arus panjang surut dari laut sangat lemah bahkan hampir nihil. Ketentuan umum untuk sebagai rawa lebak adalah apabila genangan air minimal 50 cm dan lamanya genangan minimal tiga bulan. Sementara itu, genangan di lahan rawa pasang surut hanya 1-2 meter dan berlangsung antara 3-4 jam, yaitu saat terjadi pasang besar (pasang purnama), kecuali yang termasuk tipe luapan A yang merupakan daerah pinggir sungai. Wilayah tipe luapan A ini meliputi wilayah dengan radius antara 60-100 km dari pinggir sungai sehingga selalu terluapi baik pada pasang tunggal maupun pasang ganda.









          Dalam konteks yang lebih luas, lahan rawa lebak juga sering dikelompokan sebagai Wetland, lowland, peatland, inland, deepwater land (Mitsch dan Gosselink, 1993). Masing-masing istilah diatas pada dasarnya mencoba memberikan gambaran keadaan lingkungan fisik atau ekologi rawa lebak secara umum dalam konteks lahan basah yang sangat beragam dan rumit. Sebutan wetland untuk menunjukan bahwa wilayah ini selalu basah dengan curah hujan > 2.000 mm per tahun dan memiliki 6-7 bulan basah serta ditumbuhi vegetasi rumput, tanaman air/aquatik/hidrofitik (marsh) dalam kondisi selalu tergenang (Swamps).














sumber : Noor, M.S. Muhammad, Dr, Ir."RAWA LEBAK : Ekologi, Pemanfaatan, dan perkembangannya".2007. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.






Saturday, April 1, 2017

Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia dalam kurun waktu 2-3 dekade terakhir

     Perkembangan kelapa sawit (Elaeis Guineensis) di Sumatera dan Kalimantan mulai merambat ke lahan rawa lebak yang semula ditanami padi. Hal ini cukup menggembirakan karena pengusahaan kelapa sawit jauh lebih menjanjikan keuntungan yang lebih baik dibandingkan padi. Namun, di pihak lain keadaan ini dapat menganggu ketahanan pangan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, merupakan tantangan baru dari pemerintah untuk merebut kembali swasembada beras karena tanpa adanya upaya yang sungguh-sungguh dalam menyiasati keadaan pangan yang semakin terpuruk, terutama dalam segi ekonomi dengan hubungannya dengan pendapatan dan keuntungan yang dapat diraih oleh petani, maka kondisi pangan (padi) semakin tergeser dalam perebutan lahan. Margin keuntungan dari tanaman pangan yang diperoleh oleh petani lebih rendah dibandingkan oleh pedagang. Kebijakan impor juga cukup berpengaruh terhadap harga yang cenderung merugikan petani. Minat para angkatan muda untuk bertani, khususnya padi semakin menurun dan lebih tertantang mencari kerja di kota (urbanisasi).


                                              Lahan kelapa sawit dari kalimantan

     Perkembangan kelapa sawit secara nasional berkembang di kawasan Indonesia Timur, yaitu Sumatera dan Sulawesi, kemudian merambat sekarang ke Kalimantan dan Papua. Areal kelapa sawit pada tahun 1979 mencapai 250.000 hektar meningkat pesat menjadi 2,975 juta hektar pada tahun 1999 atau 25 kali lipat. Kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak sejati unggulan pertanian negara-negara Asia, termasuk Indonesia dan Malaysia. Sebagai sumber devisa negara ekspor minyak kelapa sawit (CPO) pada tahun 2000 mencapai 4,1 juta ton dengan nila US$ 1.087 juta dan dalam bentuk minyak inti (PKO) mencapai 0,579 ton senilai US$ 239 juta. Perkiraan produksi sawit pada tahun 2005 akan mencapai 9,9 juta ton penigkatan hampir 2,5 kali lipat dalam kurun lima tahun (FP UNLAM, 2003).
Budidaya kelapa sawit di lahan rawa lebak mensyaratkan perlunya saluran pengatusan untuk menurunkan muka air genangan karena tidak dapat tumbuh dalam keadaan tidak terlalu lembap. Selain itu, juga memerlukan sinar matahari langsung dengan rata-rata penyinaran 5-7 jam/hari.