TATA LETAK DAUN PADA BATANG
(Laporan Praktikum
Biologi Pertanian)
Oleh
Muhammad Alfiano
Rizky
1610511310010
Kelompok 4
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
BANJARBARU
2016
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL................................................................................................... ii
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
Latar
Belakang.................................................................................................... 1
Tujuan
Praktikum................................................................................................ 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
BAB III BAHAN DAN METODE......................................................................... 9
Bahan
dan Alat.................................................................................................... 9
Waktu dan Tempat............................................................................................ 10
Pelaksanaan Praktikum..................................................................................... 10
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 11
Hasil................................................................................................................. 11
Pembahasan...................................................................................................... 17
BAB
V KESIMPULAN........................................................................................ 20
Kesimpulan...................................................................................................... 20
Saran................................................................................................................ 20
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Tabel
1.Hasil pengamatan tata letak daun murbei....................................... 11
Tabel 2.Hasil pangamatan tata letak daun cocor bebek............................... 12
Tabel 3.Hasil pengamatan tata letak daun suji farigata............................... 13
Tabel 4.Hasil pengamatan tata letak daun alamanda................................... 14
Tabel 5.Hasil pengamatan tata letak daun mawar....................................... 15
Tabel 6.Hasil pengamatan tata letak daun kelapa sawit.............................. 16
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam suatu tumbuhan daun biasanya terdapat pada
batang dan cabang-cabangnya. Ada pula daun-daun suatu tumbuhan yang
berjejal-jejal pada suatu bagian batang yaitu pada pangkal batang atau pada
ujung-ujungnya setiap tumbuhan memiliki system percabangan yang berbeda-beda.
Misalkan pada pohon papaya, pohon sirkaya, dan bunga soka. Dari ketiga jenis
tumbuhan tersebut terlihat jelas perbedaan system percabangan serta tata letak
daun pada batang. Dari perbedaan tata letak daun inilah maka, setiap tumbuhan
memiliki system phillotaxis yang berbeda. Dari phillotaxis ini dapat ditentukan
rumus daun serta diagram duduk daun pada tumbuhan. Untuk tumbuhan yang sejenis
(missal semua pohon papaya) akan kita dapati tata letak daun yang sama. Oleh
dapat kita gunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan. (Rosanti, 2013.).
Tata letak daun pada
batang (Phillotaxis atau Disposito Foliorum). Bagian batang atau cabang tempat
duduknya daun disebut buku-buku batang (nodus). Dan bagian ini seringkali
tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai
suatu cincin, sperti pada bamboo (Bambusa
sp.), tebu (Saccharum officinarum
L.), dan semua rumput pada umumnya. Duduknya daun pada batang memiliki aturan
yang disebut tata letak daun. Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada
batang, harus ditentukan dulu berapa jumlah daun yang terdapat pada suatu
buku-buku batang. (Tjitrosomo, 1983.).
Tujuan
Untuk mengenal berbagai
tata letak daun pada batang, menentukan rumus daun, menggambar dan diagram daun
serta mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun pada batang.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tata
letak daun atau phillotaxis adalah aturan tata letak daun pada batang. Pada
batang dewasa, daun dapat tersusun dalam pola tertentu dan berulang-ulang.
Susunan daun pada batang tersebut disebut duduk daun atau filotaksis. Istilah filotaksis sebenarnya merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang, tetapi
dikarenakan urutan daun tersebut tampak jelas setelah daun maupun batang yang
ditempatinya mengalami pendewasaan, maka istilah tersebut digunakan secara umum
untuk menyatakan susunan daun pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan
biasanya bersifat konstan. Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan
oleh banyaknya helai daun yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu,
daun dapat dibentuk secara tunggal bila ada satu helai daun pada setiap buku,
berpasangan bila ada dua helai daun pada setiap buku, atau dalam karangan bila
terdapat tiga helai daun atau lebih pada setiap buku.
(Tjitrosoepomo, 2007.).
Duduknya daun pada batang
memiliki aturan yang disebut tata letak daun. Untuk mengetahui bagaimana tata
letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun
yang terdapat pada suatu buku-buku batang, yang kemungkinannya adalah :
Pada
Setiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun
Dinamakan dengan folia sparsa (tersebar). Walaupun
dinamakan tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya hal-hal yang
bersifat beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya kita anggap mempunyai
bentuk silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu titik pada lingkaran
itu, maka ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun) sebagai suatu
titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada diatasnya dengan jarak
terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertical di atas
pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang kembali,
walaupun kita menggunakan daun lain sebagai titik tolak. (Puryaningsih, 2009.).
Perbandingan antara
banyaknya garis spiral antara banyaknya kali garis spiral melingkari batang
dengan jumlah daun yang melewati selama sekian kali melingkar batang.
Rumus
daun atau divergensi
Jika
untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral
mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b,
maka perbandingan kedua bilangan tadi merupakan pecahan a/b. Ortostik merupakan
batang yang memiliki sejumlah b garis-garis tegak lurus (vertical). Spiral
genetic adalah garis spiral yang merupakan suatu garis yang menghubungkan
daun-daun beturut-turut dari atas ke bawah.
Sudut
divergensi
Pecahan
a/b menunjukan jarak antar sudut dua daun berturut-turut, apabila diproyeksikan
pada batang datar maka jaraknya tetap dan besarnya a/b x besar lingkaran = a/b
x 360˚.
Deret
Fibonacci
Tumbuhan
dengan tata letak daun tersebar, ternyata a/b nya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Angka tersebut menunjukan
sifat :
Tiap suku dibelakang suku
kedua (jadi suku ketiga dst) merupakan suatu pecahan yang pembilangnya dapat
diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada didepannya,
demikian pula dengan penyebutnya yang merupakan hasil penjumlahan kedua
penyebut dua suku kata yang didepannya tadi, atau Tiap suku dalam deret itu
merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih antara penyebut dan
pembilang suku yang di depannya, sedang penyebutnya adalah jumlah penyebut suku
yang didepannya dengan pembilang suku itu sendiri.
Roset
(rosula)
Roset adalah susunan
daun yang melingkar rapat berimpitan. Menurut letaknya, ada dua macam roset
yaitu ;
Roset akar, jika batang
amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah, jadi roset
tersebut sangat dekat dengan akar. Contoh : lobak (Raphanus sativus L) dan tapak liman (Elephantopus scaber L) Roset batang, jika daun yang rapat
berjejal-jejal terdapat pada ujung batang. Misalnya pada pohon kelapa (cocos nucifera L) dan berbagai macam
palma lainnya. Banyak suku tumbuhan yang
memiliki roset, umumnya ditemui pada suku Astraceae (contoh : dandelion) dan
suku Branssicaceae (contoh : kol).
Mosaic
daun
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas,
daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa sehingga
helaian-helaian daun pada cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan membentuk
suatu pola seperti mosaic (pola karpet) susunan inilah yang disebut pola
karpet. Susunan daun seperti itu disebut dengan mosaic daun.
Pada
setiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadapan
Pada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan
(terpisah oleh jarak sebesar 1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya
kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata
letak daun yang demikian ini dinamakan : berhadapan-bersilang (folia opposite atau folia descussata).
Pada
setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun
Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berkarang (Folia verticillata), dapat a.l.
ditemukan pada pohon pulai (Alstonia
scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda
cathartica L.), oleander (Nerium
oleander L.). pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang
tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga duduk daun yang demikian dapat
juga diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang
tegak lurus satu sama lain.
Bagan
(skema) dan Tata Letak Daun
Tata letak daun
pada batang ditempuh dengan dua jalan,yaitu :
Membuat bagan atau skema
letaknya daun
Bagan
tata letak daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya
digambar membujur ortostik-ortostiknya demikian pula buku-buku batangnya.
Daun-daun digambar sebagai penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada
bagan akan terlihat misalnya pada daun dengan rumus 2/5 maka daun-daun dengan
nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada
ortostik yang sama.
Membuat diagram
Diagram
tata letak daun atau disingkat diagram daun
Untuk membuat diagram batang tumbuhan harus dipandang
sebagai kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai
lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari
luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan diberi
nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun
adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral
genetiknya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya
semakin keatas digambar semakin sempit.
Spirostik
dan Parastik
Garis-garis
ortostik yang biasanya lurus keatas, dapat mengalami perubahan-perubahan arah
karena pengaruh berbagai macam factor. Garis-garis ortostik dapat menjadi garis
spiral yang tampak melingkari batang pula. Dalam keadaan yang demikian spiral
genetic sukar untuk ditentukan, dan letak daun pada batang mengikuti ortostik
yang telah berubah menjadi garis spiral tadi, keadaan ini dinamai : Spirostik.
Spirostik terjadi karena pertumbuhan batang tudak lurus tetapi memutar.
Akibatnya ortostiknya ikut memutar dan berubah menjadi spirostik. Pada tumbuhan
yang letak daunnya cukup rapat. Kelapa sawit (Elaeis guinensis), duduk daun seakan-akan menurut garis-garis
spiral ke kiri atau ke kanan. Tampaknya lalu ada dua spiral ke kiri dan ke
kanan. Garis-garis spiral ini disebut : Parastik. Juga garis-garis spiral yang
tampak pada buah nenas yang menunjukan aturan letak mata-mata pada buah nenas
tadi adalah parastik-parastik.
BAHAN
DAN METODE
Bahan
dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan
untuk mengamati dan melaksanakan praktikum biologi tata letak daun pada batang
adalah :
1.
Morus
olba
L. (murbei)
2.
Kalanchoe
pinnata (cocor bebek)
3.
Pleomele
angustifolia (suji farigata)
4.
Allamanda
cathartica (alamanda)
5.
Rossa
sp. (mawar)
6.
Elaies
guineensis Jack (kelapa sawit) (untuk pengamatan
fungsi daun dalam pertanian)
Alat
Alat yang digunakan untuk mengamati dan
melaksanakan praktikum biologi tata letak daun pada batang adalah :
1.
Alat tulis
2.
Lembar posttest/pretest (1 lembar)
3.
Lembar laporan sementara (3 lembar)
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Selasa, Tanggal 18 Oktober 2016, pukul
07.30-selesai WITA. Bertempat di Halaman
gedung Pasca Sarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Pelaksanaan
Praktikum
Pelaksanaan
praktikum ini meliputi empat tahapan utama, yaitu :
1.
Menyiapkan bahan yang akan diamati.
2.
Mengidentifikasi tata letak daun pada
batang.
3.
Menggambarkan bagan (skema) tata letak
daun pada batang.
4.
Mengetahui dan mengamati fungsi tata letak
daun dalam bidang pertanian pada tanaman kelapa sawit.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil dari praktikum ini berupa beberapa data pengamatan
yang dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan
tata letak daun murbei (Morus olba
L.)
Gambar
|
Klasifikasi
|
Kingdom : Plantae
|
|
Divisi : Tracheophyta
|
|
Family : Moraceae
|
|
Kelas : Magnoliopsida
|
|
Genus : Morus
|
|
Species : M. alba
|
|
Diagram
tata letak daun
|
Bagan
tata letak daun
|
Keterangan :
1. Murbei (Morus olba L.) memiliki rumus 2/5
2. Sudut divergensinya
ialah 2/5 x 360˚ = 144˚
3. Termasuk daun
tersebar (folia sparsa)
|
Tabel 2. Hasil pengamatan
tata letak daun cocor bebek (Kalanchoe
pinnata)
Gambar
daun
|
Klasifikasi
|
Kingdom : Plantae
|
|
Divisi : Magnoliophyta
|
|
Kelas : Magnoliopsida
|
|
Ordo : Rosales
|
|
Famili : Crassulaceae
|
|
Genus : Kalanchoe
|
|
Spesies : Kalanchoe
waldheimii Raym
|
|
Diagram
tata letak daun
|
Bagan
tata letak daun
|
Keterangan :
|
|
1. Cocor bebek (Kalanchoe pinnata) memiliki rumus 1/3
2. Sudut divergensinya
ialah 1/3 x 360˚ = 120˚
3. Termasuk daun berhadapan
(folia opposida)
|
Tabel 3. Hasil pengamatan
tata letak daun suji farigata (Pleomele
augustifolia)
Gambar
daun
|
Klasifikasi
|
Kingdom : Plantae
|
|
Divisi : Tracheophyta
|
|
Kelas : Magnoliopsida
|
|
Ordo : Asparagalles
|
|
Family : Asparagaceae
|
|
Genus : Pleomele
spesies : Pleomele A.
|
|
Diagram
tata letak daun
|
Bagan
tata letak daun
|
Keterangan :
|
|
1. Suji farigata (Pleomele augusttifolia) memiliki rumus
3/8
2. Sudut divergensinya
ialah 3/8 x 360˚ = 135˚
3. Termasuk daun
tersebar (folia sparsa)
|
Tabel 4. Hasil pengamatan
tata letak daun alamanda (Allamanda
cathartica)
Gambar daun
|
Klasifikasi
|
Kingdom : Plantae
|
|
Divisi : Magnoliophyta
|
|
Kelas : Magnoliopsida
(dikotil)
|
|
Ordo : Gentinales
|
|
Family : Apocynaceae
|
|
Genus : Allamanda
|
|
Spesies : Allamanda cathartica L.
|
|
Diagram tata
letak daun
|
Bagan tata letak
daun
|
Keterangan :
|
|
1. Allamanda (Allamanda catharica L. tidak dapat
ditentukan rumus daunnya)
2. Termasuk daun
berkarang (folia verticillata)
|
Tabel 5. Hasil pengamatan
tata letak daun mawar (Rossa sp.)
Gambar
|
Klasifikasi
|
Kingdom : Plantae
|
|
Divisi : Spermatophyta
|
|
Kelas : icotyledonae
|
|
Ordo : Rosanales
|
|
Genus : Rossa
|
|
Family : Rosaceae
|
|
Spesies : Rossa
Hiproidaatau Rosa sp.
|
|
Diagram
tata letak daun
|
Bagan
tata letak daun
|
Keterangan :
1. Mawar (Rossa sp) memiliki rumus 1/3
2. Sudut divergensinya
ialah 1/3 x 360˚ = 120˚
3. Termasuk daun
tersebar (folia sparsa)
|
Tabel 6. Hasil pengamatan
tata letak daun kelapa sawit (Elaesis
gueneensis Jack)
Gambar
daun
|
Klasifikasi
|
Kingdom : Plantae
|
|
Divisi : Magnoliophyta
|
|
Kelas : Liliopsida
|
|
Ordo : Aracales
|
|
Family : Arecaceae
|
|
Genus : Elaeis
|
|
Spesies : Elaeis guineensis Jack.
|
|
Diagram
tata letak daun
|
Bagan
tata letak daun
|
Keterangan :
1. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) memiliki rumus
3/8
2. Sudut divergensinya
ialah 3/8 x 360˚ = 135˚
3. Termasuk daun
berhadapan (folia sparsa)
|
Pembahasan
Berbagai jenis macam
tanaman mempunyai duduk daun yang berbeda-beda, terutama perbedaan itu pada
aturan letak daun-daun satu sama lain, untuk tumbuhan yang sejenis (satu
spesies) mempunyai tata letak daun yang sama, oleh karena itu tata letak daun
adalah sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan. Daun pada tanaman biasanya
terdapat pada batang dan cabangnya, ada juga letak daun yang berjejal-jejal
pada satu bagian batang seperti pada
pangkal batang atau pada ujungnya, jarak daun pada batang terpisah-pisah dengan
jarak yang sama dan nyata.
Mawar (Rossa
sp.) adalah termasuk daun tersebar (Folia
sparsa) dimana daun ke 1 sejajar dengan daun ke 4, daun
ke 2 sejajar dengan daun 5, dan daun ke 3 sejajar dengan daun 6, mempunyai rumus daun
1/3 dan
sudut divergensi 1200.
Cocor bebek (Kalanchoe pinnata) adalah termasuk daun
berhadapan (Folia opposite) dimana daun ke 1 sejajar dengan daun ke 3, daun ke 2 sejajar dengan daun ke
4, dan daun ke 3 sejajar dengan daun ke 5, mempunyai rumus 1/2 dan tanaman ini juga mempunyai sudut divergensi 1800.
Alamanda (Allamanda cathartica)
adalah
termasuk daun berkarang (Folia
verticillata) dimana daunnya tidak dapat ditentukan rumus daunnya,
tetapi pada duduk batang yang seperti ini dapat memperlihatkan adanya
ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.
Suji farigata (Pleomele angustifolia) adalah termasuk daun tersebar (Folia
sparsa), mempunyai rumu 3/8
dan tanaman ini juga mempunyai sudut divergensi 1350.
Murbei (MorusolbaL)
adalah termasuk daun tersebar (Folia sparsa) dimana
daun ke 1 sejajar dengan daun ke 6, daun ke 2 sejajar dengan daun ke 7,
dandaunke 3 sejajardengandaunke 8, mempunyai
rumus daun 2/5 dan sudut divergensi 1440.
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) merupakan tanaman dengan rumus duduk daun
3/8 dengan sudut divergensi 3/8 x 360o = 135o dan
memiliki pola tata letak daun berhadapan bersilang (Folia opposita atau Folia
decussata) karena pada tiap buku-buku terdapat dua daun. Pada tanaman
kelapa sawit pengambilan contoh daun merupakan salah satu kegiatan rutin yang
dilakukan sekali dalam setahun dengan tujuan mengetahui status terakhir
kandungan unsur hara di dalam tanaman. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai
salah satu dasar untuk menentukan dosis pupuk per tanaman dalam melakukan
pemupukan 1 tahun ke depan.
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) merupakan tanaman dengan rumus duduk daun
3/8 dengan sudut divergensi 3/8 x 360o = 135o dan
memiliki pola tata letak daun berhadapan bersilang (Folia opposita atau Folia
decussata) karena pada tiap buku-buku terdapat dua daun. Pada tanaman
kelapa sawit pengambilan contoh daun merupakan salah satu kegiatan rutin yang
dilakukan sekali dalam setahun dengan tujuan mengetahui status terakhir
kandungan unsur hara di dalam tanaman dan untuk melihat usia tanaman.Menentukan
umur tanaman kelapa sawit dengan menggunakan rumus r = n x v/20, dengan r
adalah umur tanaman kelapa sawit, n adalah jumlah pelepah, dan v adalah jumlah
alur. Kegiatan ini juga dilakukan pada tahun yang berbeda-beda dalam
pengambilan daun pelepahnya, yaitu pada satu setengah tahun menggunakan daun
pelepah ke 3, pada satu setengah tahun sampai dua setengah tahun menggunakan
daun pelepah ke 9, dan lebih dari dua setengah tahun menggunakan daun pelepah
ke 17. Waktu pengambilannya di lakukan pada jam 6 pagi. Misal pelepah yang
digunakan adalah pelepah ke 17, pelepah ke 17 merupakan pelepah yang terletak
pada spiral yang sama dengan pelepah 1 (pelepah 1 adalah pelepah termuda yang
telah membuka sempurna).
Posisi pelepah 17 terletak behadapan dengan posisi spiral, saat spiral
tanaman kelapa sawit ke kanan, maka posisinya sedikit agak ke kiri dan
sebaliknya.
Helaian daun sample adalah anak daun yang
terletak 3/5 dari pangkal pelepah atau 2/5 dari ujung pelepah. Anak daun
diambil dari 2 sisi, dan lebih baik genap (4 kiri dan 4 kanan di lengkungan
batangnya). Selanjutnya, 1/3 bagian tengah
diambil untuk dijadikan
sampel daun, karena
pada bagian tengah inilah yang paling banyak menyerap air. Sampel
dibersihkan dengan aquadest menggunakan kain yang bersih. Setelah di bersihkan
lidi sampel tersebut dipisahkan dengan daunya, lidi tersebut bisa digunakan
lagi untuk membedakan daun sebelah kiri dan kanan dengan cara di ikat salah
satunya. Sampel dimasukkan kedalam amplop coklat dan diberi label, yaitu PT.
Kebun, divisi, tahun tanam, blok, luas, tanggal, konsumsi, analis, dan team
pengambil sampel
KESIMPULAN
DAN SARAN
KESIMPULAN
Kesimpulan praktikum ini
mengenai tata letak daun pada batang adalah sebagai berikut :
1. Daun
yang terlihat tidak beraturan dalam kedudukannya ternyata memliki keteraturan
tersendiri.
2. Terdapat
tiga jenis phyllotaxis dalam tata letak daun yaitu; folia sparsa, folia
opposida, folia verticillata.
3. Tata
letak daun adalah aturan tata letak daun pada batang.
SARAN
Saran
dari sang penulis ialah untuk format penulisan laporan harus di bakukan
peraturannya, dari awal praktikum sampai akhir praktikum agar tidak ada
kerancuan dalam penjilidan secara keseluruhan dikemudian hari dan untuk buku
penuntun agar juga format isi nya sesuai dengan format isi buku penuntun yang
pertama sekali lagi maksud penulis agar tidak ada kerancuan dalam hal isi
laporan nya.
DAFTAR
PUSTAKA
Rosanti, dewi. 2013, Morfologi Tumbuhan, Jakarta : Erlangga
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2007, Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta
: Gadjah Mada University press
Tjitrosomo.
Siti S. 1983. Botani Umum. Bandung :
Angkasa
Tim, Assisten.
2016. Penuntun praktikum biologi
pertanian. Faperta unlam.
Banjarbaru.
Puryaningsih,
Sri. 2009. Diktat Penuntun Praktikum
Morfologi Tumbuhan. Palangkaraya : STAIN Palangkaraya
No comments:
Post a Comment