Pada kesempatan ini Admin ingin membagikan info seputar sejarah dan perkembangan Arsitektur di Nusantara, Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Indonesia atau yang sering juga disebut sebagai Nusantara terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku budaya, Hal ini juga mempengaruhi Arsitektur pada bangunan rumah adat setiap pulau dan suku-suku, Namun juga tetap memperhatikan fungsionalitas dari struktur konstruksinya, Sebagaimana contohnya ; Rumah adat Bubungan Tinggi banjar khas kalsel dibuat dengan konstruksi rumah panggung dengan fungsi sesuai dengan linkungan banjar berupa pinggiran sungai dan rawa, Lain halnya dengan rumah adat Betawi khas DKI Jakarta dengan daerah plataran atau teras dibuat luas karena budaya betawi cenderung menerima tamu di luar daripada di dalam ruang tamu itu sendiri.
Tanpa panjang lebar langsung saja kita memasuki topik utama sejarah arsitektur Nusantara, Semoga ini menjadi tambahan ilmu bagi pemirsa semua.
A. Arsitektur Nusantara.
Arsitektur Indonesia dipengaruhi oleh keanekaragaman budaya,
sejarah dan geografi di Indonesia. Para penyerang, penjajah, dan pedagang
membawa perubahan kebudayaan yang sangat memperuhi gaya dan teknik konstruksi
bangunan. Pengaruh asing yang paling kental pada zaman arsitektur klasik adalah
India, meskipun pengaruh Cina dan Arab juga termasuk penting. Kemudian pengaruh
Eropa pada seni arsitektur mulai masuk sejak abad ke-18 dan ke-19.
gedung kantor pusat KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij)
gedung kantor pusat KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij)
Arsitektur Hindia-Belanda
Diantara
karya-karya arsitektur tropis colonial ini, ternyata bias kita jimpai
jenis arsitektur tropis yang Indonesia. Ambilah contoh kampus ITB
(Institut Teknologi Bandung) yang dirancang Mc. Laine Pont. Yang sangat
Indonesia dan berfungsi untuk social budaya modern adalah Teater
Sobokarti di Semarang. Ini dirancang oleh Thomas Karsten dengan konsep
yang dia tulis dalam sebuah artikel di JAwa pada tahun 1921. Berdenah
teater romawi, tapi seluruh ekpresi arsitekturnya adalah arsitektur Jawa
dan tropis. Hat\rus diakui, arsitek Belanda pencinta arsitektur
tradisional Indonesia yang menyempal ini, ternyata sangat serius dalam
penyiasati iklim tropis.
Arsitektur Tropis Indonesia
Sejak kemerdekaan, yang laku adalah gaya arsitektur urban Eropa tahun 20-an. Gaya modern mulai disenangi, dijiplak tanpa imajinasi dan meremehkan iklim tropis. Arsitektur tropis colonial pun mulai memudar. Arsitek Silaban dan kawan-kawan tampil sebagai penyelamat dan berusaha secara konsisten sampai akhir hayatnya untuk menghadirkan arsitektur tropis Indonesia.dari segi kenyamanan termal, beliau cukup berhasil, tapi tidak cukup berhasil dalam mengekpresikan “Indonesia”nya, karena tetap saja merancang dengan idiom arsitektur modern, dengan kekhasan louvre- louvre pada facadenya.
Sejak kemerdekaan, yang laku adalah gaya arsitektur urban Eropa tahun 20-an. Gaya modern mulai disenangi, dijiplak tanpa imajinasi dan meremehkan iklim tropis. Arsitektur tropis colonial pun mulai memudar. Arsitek Silaban dan kawan-kawan tampil sebagai penyelamat dan berusaha secara konsisten sampai akhir hayatnya untuk menghadirkan arsitektur tropis Indonesia.dari segi kenyamanan termal, beliau cukup berhasil, tapi tidak cukup berhasil dalam mengekpresikan “Indonesia”nya, karena tetap saja merancang dengan idiom arsitektur modern, dengan kekhasan louvre- louvre pada facadenya.
Era awal Orde BAru adalah cara erasemakin memudarnya
arsitektur tropis. Ia digilas oleh arsitektur modern berAC yang
dirancang tanpa AC pun seakan-akan melupakan aspek tropis, sehingga pada
suatu saat kita tersentak kaget dengan hadirnya sebuah desain, yang
dikerjakan “raksasa” Paul Rudolph, yakni gedung Wisma Dharmala di
Jakarta.
Sejarah Perkembangan Arsitektur Indonesia
Perkembangan
kebudayaan erat kaitannya dengan sejarah kebangsaan. Secara umum
periodisasi sejarah budaya Indonesia dibagi atas tiga bagian besar yaitu
Zaman Hindu-Budha, Zaman Islamisasi dan Zaman Modern, dengan proses
oksidentalisasi. Sebenarnya terdapat satu zaman lagi sebelum zaman Hindu
Buddha yaitu Zaman prasejarah akan tetapi pembahasan serta diskusi
tentang zaman ini tidak banyak contoh yang tersisa dalam bidang
arsitektur terutama pada masa prasejarah awal.1 Perkembangan arsitektur
mulai dari masa Prasejarah Akhir yang ditandai dengan ditemukannya kubur
batu di Pasemah, Gunung Kidul dan Bondowoso. Kemudian situs-situs
megalitikum punden berundak di Leuwilang, Matesih, Pasirangin.
Sebagaimana diketahui bahwa sejarah budaya yang melahirkan peninggalan
budaya termasuk arsitektur sejalan dengan periodisasi tersebut diatas,
maka dapat dikategorikan sebagai arsitektur percandian, arsitektur
selama peradaban Islam (bisa termasuk arsitektur lokal atau tradisional,
dan pra modern) dan arsitektur modern (termasuk arsitektur kolonial dan
pasca kolonial).
Keberadaan
arsitektur lokal yang identik dengan bangunan panggung berstruktur kayu
telah ada sebelum atau bersamaan dengan pembangunan candi-candi. Hal
ini ditunjukkan dari berbagai keterangan pada relief candi-candi dimana
terdapat informasi tentang arsitektur lokal/domestik atau tradisional
atau vernakular nusantara. Akan tetapi jikalau menilik usia dari
bangunan vernakular yang ada di Indonesia, tidak ada yang lebih dari 150
tahun. Pembahasan pada buku ajar ini tentang perkembangan arsitektur
Indonesia dapat diurutkan sebagai berikut :
Arsitektur vernakular
Arsitektur klasik atau candi
Arsitektur pada masa perabadan atau kebudayaan Islam
Arsitektur Kolonial
Arsitektur Modern (pasca kemerdekaan)